Senin, 01 November 2010

Strategi Backup pada Disaster Recovery Center

| |

Strategi backup yang akan saya bahas adalah tentang proses pemindahan data pada sistem yang kritis ke pusat pengolahan data alternatif. Disaster Recovery Plan didesain untuk menjamin kelangsungan proses bisnis yang vital jika terjadi disaster. Rencana ini merupakan solusi yang efektif yang dapat digunakan untuk me-recover semua proses bisnis yang vital dalam jangka waktu yang diinginkan menggunakan record-record data vital yang disimpan secara off-line.
Skenario disaster recovery diperuntukkan untuk hal-hal tertentu, seperti kehilangan akses ke pusat komputer, hilangnya kemampuan sistem dalam memproses data, dan terputusnya keterhubungan dengan jaringan. Skenario ini juga mengasumsikan bahwa semua peralatan di ruang komputer tidak dapat terselamatkan dan semua kemampuan kritis dari alat telekomunikasi telah hilang.
Ketika terjadi disaster, petugas khusus akan mengambil tindakan cepat untuk memperingatkan Disaster Recovery Centre (DRC). Penyimpanan kembali data-data dari critical coverage (tempat data-data dari pusat komputer di-backup) ke pusat komputer dilakukan setelah pusat komputer itu beroperasi dengan baik. Adapun skenario disaster recovery adalah sebagai berikut :
·             Pengiriman data dari Authorized User Data dan Software archived dalam bentuk off-site storage ke Disaster Recovery Center.
·             Menghubungkan network lines ke DRC.
·             Operating the Critical Applications on the Configuration at the Disaster Recovery Center
·             Menyediakan Critical Coverage pada Disaster Recovery Center
·             Menyediakan workspace dan peralatan yang dibutuhkan

Backup
Dalam memilih media backup, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh, yaitu :
·         Besar data
·         Biaya dari media yang digunakan
·         Performa
·         Reliability
·         Ease of offsite storage

Metode dari backup itu sendiri, secara garis besar dibagi menjadi 3, yaitu :
1        Normal Backup
Normal backup atau full back up adalah metode backup seluruh data dan berisi semua data dalam folder dan file yang terdapat dalam system, dengan demikian waktu recovery akan lebih singkat, namun waktu untuk backup lebih lama. Dengan metode ini, backup-an terakhir dapat memulihkan semua data yang ada, namun hal ini juga menyebabkan masalah apabila backup ini dicuri oleh hacker, maka hacker tersebut akan memiliki seluruh salinan data. Selain itu metode ini membutuhkan media backup dengan kapasitas besar.
Gambar1. Normal Backup

2        Differential Backup
Differential backup berisi semua file yang telah berubah sejak terakhir full backup. Pada metode ini hanya dibuutuhkan full backup saat pertama kali, dan backup selanjutnya dilakukan pada titik terakhir backup yang dilakukan sebelumnya. Proses dari Differential backup dilakukan terus hingga full backup dilakukan kembali pada suatu titik tertentu. Metode ini mengurangi waktu yang diperlukan untuk mem-backup data. Ketika tiba waktunya untuk men-restore data, yang pertama harus dilakukan adalah men-restore full backup terakhir dan diikuti dengan data-data dari differential backup dari full backup terakhir. Metode ini memiliki kelebihan adalah bahwa hanya dibutuhkan dua kontainer backup data diperlukan untuk melakukan pemulihan data yang lengkap. Proses backup cepat dan ruang penyimpanan dengan kapasitas yang lebih kecil dibanding full backup. Kekurangannya metode ini lebih lambat dibanding full backup, adanya kerancuan dalam melakukan backup.
 Gambar2. Differential Backup

3        Incremental Backup
Pada incremental, backup dilakukan sesuai incremental backup terakhir, sehingga tidak dibutuhkan full backup secara terus–menerus. Pada metode ini backup dilakukan di titik backup yang dilakukan pada hari sebelumnya. Metode ini merupakan proses backup yang paling cepat dengan ruang kapasitas penyimpanan yang kecil, namun membutuhkan waktu recovery yang lama karena data yang harus di recover merupakan data yang di backup setiap harinya.
Gambar3. Incremental Backup

Strategi Backup dan Recovery Data
            Dengan mempertimbangkan manajemen backup dan proses recovery, beragam strategi implementasi dapat diterapkan. Strategi implementasi pertama yang akan dibahas adalah offline backup ke media tape

a.   Offline backup Solutions
Offline backup merupakan mekanisme yang melibatkan proses pembuatan copy data dari primary storage (dr filers) ke offlinre media seperti tape. Proses ini menghubungkan tape drives langsung ke filers. Backup ini dibutuhkan untuk menjamin kebutuhan data yang hilang atau dirubah secara tidak sengaja. Proses ini menggunakan external storage harddisk USB sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama.
 Gambar4. Offline Backup

Metode offline backup ada dua,yaitu:
1.      Disk-to-Tape Deployment
Penyebaran backup tipe NAS (Network Attached Storage) termasuk satu atau lebih aplikasi server backup yang ada di pusat data. Dengan peningkatan dalam penerapan konfigurasi backup berbasis NDMP, tidak ada batasan pada lokasi fisik dari NDMP-compliant backup servers
           
Gambar4.1 Disk-to-Tape Deployment

2.      Disk-to-Disk-to-Tape Deployment
Pendekatan unik lain untuk backup berbasis LAN adalah sebuah teknologi baru dari NetApp, seperti produk NearStore™, yang mendukung efektifitas mekanisme backup disk to disk. Software NetApp\'s SnapMirror® dapat digunakan untuk replikasi data asyncronous melalui sebuah IP/Ethernet connection dari filers di remote sites ke NearStore appliance yang terletak di central site, dengan kapasitas penyimpanan yang besar yang tidak mahal, dimana dapat digunakan untuk mereplikasi data dari remote site.

Gambar4.2 Disk-to-Disk-to-Tape Deployment

b.   Online Data Protection Solutions
Proses ini diperlukan untuk memproteksi data bila terjadi data loss dalam proses backup data dari client ke filler. Salah satu bentuk online data protection yang dapat diterapkan pada DRC adalah Remote Site Disaster Recovery. Plihan konfigurasi untuk remote site disaster recovery sangat beragam tergantung pada jarak antara sites, level redundansi yang dibutuhkan, dan metode lain untuk data recovery.

1. Active/Passive
Filer A di Site A di dalam gambar di bawah ini menggunakan teknologi SnapMirror untuk mengupdate data di Filer B di Site B. Dengan demikian, Filer B berperan sebagai tempat backup online untuk data dari filer A. 
 Gambar4.3 Active/Passive

Misalkan terjadi disaster di site A, copyan online dari data di filer B dapat dikonversi menjadi bentuk read/write ketika filer A berhenti melakukan snap mirror ke site B. Clients yang terhubung dengan Filer A dapat memulai mengakses data dari filer B. Ketika Filer A bisa berfungsi dengan baik lagi dan online, volume dan snapshot dari filer B dapat dikembalikan kembali ke filer A. 

2. Active/Active
Konfigurasi disaster recovery active/active mirip dengan konfigurasi active/passive kecuali bahwa Site B juga digunakan sebagai production site. Setelah data dari filer A di replikasi ke filer B, data di filer B juga direplikasi kembali ke filer A dengan Snapmirror untuk perlindungan dua arah. Ini membuat kedua site bisa saling me-recover jika terjadi disaster di salah satu site. Setiap site juga terus melayani permintaan data dari local clients. Hasil copy data dari hasil SnapMirror di site B dapat ditransfer ke tape library di site A untuk memusatkan operasi backup melalui multiple sites.
 Gambar4.4 Active/Active

3. Multisite Topologies
Teknologi Snap Mirror yang dipakai di konfigurasi Multisite Topologies bisa disesuaikan arahnya. Multisite topologies digunakan di perusahaan besar yang mempunyai data center yang tersebar di berbagai benua. Contoh konfigurasi seperti ditunjukkan pada gambar 6 dapat mengatur disaster recovery dari 3 site.Site-site ini dapat terletak di dalam kampus, area metropolitan, atau antar negara.
SnapMirror dapat dilakukan di Filer A, B, dan C dalam mode siklik. Volume data dan snapshot dari filer A direplikasi ke filer B, filer B ke Filer C, dan Filer C kembali ke Filer A. Hal ini memungkinkan data di sembarang site dapat diakses dari site pasangannya. Misalkan filer B di site B rusak, maka client-nya dapat mengakses data yang sudah di-copy dari Filer C. Dengan metode ini, jika terjadi disaster di salah satu site dapat ditanggulangi oleh site pasangannya. Data dari Site B dan Site C dapat direplikasi menggunakan SnapMirror ke data center Site A dan dipindahkan ke tape library selama penyimpanan offline
 Gambar 4.5 Perbandingan Konfigurasi Active/Passive, Active/Active dan Multisite Topologies

Masing-masing konfigurasi untuk menerapkan online data protection memiliki kelebihan dan kekurangan. Konfigurasi Active/Active memiliki keunggulan pada proteksi dua arah. Dengan proteksi ini, jika terjadi disaster di salah satu site, maka kedua site bisa saling me-recover. Selain itu, kedua site dalam konfigurasi Active/Active bisa berfungsi sebagai production site.  Konfigurasi Multisite Topologies memiliki kehandalan dalam mengintegrasikan data-data yang berbeda dari banyak remote site.

Opini Saya
Seperti yang kita ketahui akhir-akhir ini negeri kita tercinta, Indonesia ditimpa berbagai bencana alam seperti banjir banding di Wasior, meletusnya gunung Merapi, tsunami di Mentawai, banjir di berbagai daerah, dan masih bayak lainnya. Kejadian seperti itu memang tidak dapat kita duga-duga sebelumnya. Berkaitan dengan hal tersebut dapat saya katakan bahwa backup dan recovery adalah requirement mutlak dibutuhkan untuk pencegahan akan kerusakan atau kehilangan data pada bank, institusi pendidikan, dan perusahaan lainnya yang memiliki data penting dengan tingkat perubahan yang cepat pada pusat data mereka. Disaster Recovery Centre (DRC) merupakan solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut. Metode offline backup dan online backup yang ditawarkan juga merupakan metode yang saling melengkapi dalam memproteksi data dari perusahaan-perusahaan atau instansi penting.

Referensi
·       Strategi Backup dan Recovery Data pada Disaster Recovery Centre, Benny Syahputra, 2008

0 komentar:

top

Posting Komentar

 
 

ordinary | Designed by: Compartidísimo
Images by: Scrappingmar©